Seseorang mengalami lupa jika informasi yang masuk tidak mendapat perlakuan sebagaimana mestinya. Lupa dapat merupakan proses yang masih normal (fisiologis), tapi dapat pula menjadi proses yang abnormal (patologis). Ada beberapa macam bentuk lupa, yakni mudah lupa (forgetfulness), amnesia, dan demensia.
Mudah lupa terjadi bilamana informasi yang diterima berhasil melalui proses normal dan akhirnya tersimpan di dalam memori jangka panjang. Mudah lupa dapat terkait dengan penambahan usia yang sering dihubungkan dengan inefisiensi proses memori, seperti proses berpikir menjadi lamban, kurang menggunakan strategi memori yang baik, kesulitan memusatkan perhatian dan mengabaikan distraktor, membutuhkan waktu lebih lama untuk mempelajari sesuatu yang baru, dan lebih banyak dibutuhkan isyarat untuk mengingat kembali informasi yang telah tersimpan. Mudah lupa akan semakin berat jika menyerang manula dan disebut sebagai age-associated memory impairment (AAMI).
Pada amnesia, informasi hanya sampai di memori jangka pendek. Dengan kata lain, terjadi kegagalan atau kesulitan belajar yang berarti sudah bersifat patologis. Namun, perhatian terhadap informasi yang masuk, mengingat kembali informasi yang sudah lama, fungsi kognisi, bahasa, dan kepribadian masih berjalan dengan normal. Hanya proses penerusan informasi dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang yang gagal sehingga informasi baru tersebut tidak dapat diingat kembali. Sedangkan demensia gangguan yang paling berat. Informasi sama sekali tidak dapat masuk dalam proses memori. Bisa disebabkan oleh berbagai kelainan di otak seperti: gangguan vaskuler (stroke) dan degeneratif (sindrom Alzheimer).
Sama seperti komputer di meja Anda, otak dipersenjatai dengan dua memori dasar: memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Memori jangka pendek bisa dianalogikan dengan RAM (Random-Access Memory). Informasi yang diterima oleh panca indera menunggu dengan singkat di memori kerja ini, semacam play group mental yang kemudian menguapkannya dengan segera. Informasi baru tersimpan setelah terjadi proses perubahan kimia dan listrik pada sel-sel saraf atau neuron. Memori jangka pendek memungkinkan Anda untuk membuat hitungan sederhana di kepala atau mengingat nomor telepon cukup lama, meski begitu selesai menelepon Anda mungkin sudah lupa.
Sedangkan memori jangka panjang bertindak sebagai hard drive, secara fisik menyimpan pengalaman yang telah lewat di daerah otak yang disebut cerebral cortex (kulit luar otak). Cortex merupakan rumah bagi belukar 100 miliar neuron yang tampangnya mirip tumbuhan merambat. Komunikasi antarsel terjadi lewat pancaran impuls-impuls kimia dan listrik. Setiap kita merasakan sesuatu pandangan, suara, ide – impuls unik dari sebagian sel-sel saraf tersebut langsung aktif. Ada yang lalu tidak kembali ke bentuk asalnya, karena mereka memperkuat koneksi satu dengan lainnya.
Menurut Dr. Murray Grossman (45), ahli saraf dari Pusat Medis Universitas Pennsylvania, AS, bila ditelusuri lebih teliti berdasarkan jangka waktu keawetannya, ada lima jenis memori. Masing-masing: Semantik, Implisit, Remote, Working, dan Episodik.
Memori semantik merupakan memori tentang makna simbol dan kata. Dengan memori ini kita bisa membedakan anjing dengan kucing. Memori Implisit biasanya menyangkut kecakapan tertentu, seperti bersepeda, berenang. Memori Remote merupakan gudang data, umumnya melemah sejalan dengan bertambahnya usia. Sedangkan Memori Working adalah memori jangka pendek, yang kita andalkan saat melakukan kegiatan sehari-hari, seperti mengingat bagian kalimat pertama saat lawan bicara kita sedang mengucapkan bagian kalimat kedua, sehingga kita dapat memahami apa yang ia maksud.
Terakhir, Memori Episodik ialah memori yang menyangkut pengalaman yang belum lama terjadi. Apa nama film yang ditonton minggu lalu, apa nama restoran yang dipesan untuk berkencan Sabtu mendatang, di mana Anda letakkan kacamata barusan, dst. Memori Episodik juga mundur dengan bertambahnya usia.
0 komentar:
Posting Komentar