Rabu, 27 Oktober 2010

Ilmu Budaya Dasar Dalam Kesusastraan

Ilmu Budaya Dasar pada kali ini berkaitan dengan budaya yang ada dalam keseharian dan budaya bangsa. Ada istilah Humanities yang berasal dari bahasa latin yaitu, manusiawi, berbudaya, dan halus. Hal ini tentunya sangat baik jika kita pelajar, karena kita akan mendapatkan ciri dari manusia yang baik dalam bermasyarakat.

Istilah Humanities berkaitan dengan cabang-cabang ilmu lainnya seperti filsafat, teologi, seni, dan cabang-cabangnya termasuk satra, sejarah, cerita rakyat, dsb. Dari semua itu intinya adalah mempelajari masalah manusia dan kebudayaan.

Contohnya saja dalam bidang kesenian, seni adalah suatu ekspresi dari jiwa manusia. Segala kebebasan hasil karya dari manusia bebas dituangkan dalam ekspresi seni. Seni lebih berbicara banyak dalam kebudayaan, bahkan budaya dapat menggambarkan ciri dari suatu bangsa yang bermartabat.

Dalam usahanya memahami alam semesta yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan, manusia mempergunakan bahasa. Dengan demikian manusia dan bahasa pada hakekatnya adalah satu. Kenyataan inilah yang mempermudah sastra dalam berkomunikasi. Sebaliknya filsafat kurang bisa berkomunikasi karena dalam filsafat lebih ditekankan kepada hati seperti cinta kasih, kebahagian, kebebasan, hal inilah yang menyebabkan filsafat kurang bisa berkomunikasi.

Dalam sejarah kebudayaan Indonesia peran sastra lisan maupun tulis sangat menonjol dalam memperadabkan masyarakatnya. Warisan sastra semacam itu dapat dilihat dari tersimpannya ribuan karya-karya sastra tertulis di museum-museum daerah, seperti perpustakaan nasional.

Indonesia sebenarnya memiliki warisan sastra yang kaya raya, yang membuktikan bahwa bangsa ini sebenarnya pecinta sastra. Namun warisan sastra yang kaya raya ini tidak diperdulikan lagi oleh bangsa ini. Kita lebih banyak menimba nilai-nilai sastra dari peradaban-peradaban luar yang kita anggap membawa kemajuan peradaban. Kalau mau menjadi bangsa yang modern dan maju, kita harus berorientasi ke depan, yakni sastra yang berkembang di peradaban-peradaban maju pula.

Sastra selalu dibutuhkan sebagai gambaran tata nilai peradaban setiap zamannya dan sejarahnya yang panjang. Sastra adalah fiksi, gambaran, imajinasi simbolik dari yang dibutuhkan masyarakatnya sebagai panduan memperadabkan diri. Sastra dibutuhkan sebagai penawaran atas permintaan tata nilai yang diakui, diyakini, diafirmasi sebagai pegangan kebenaran dalam menempuh hidup bersama. Itulah sebabnya karya-karya sastra disimpan, Disalin, dicetak ulang, diceritakan kembali, bahkan dipentaskan, karena alam pikiran dan tata nilainya mashi tetap dibutuhkan. Sejarah sastra Indonesia bukan sejarah klangenan, penikmatan rasa keindahan, tetapi sejarah simbol-simbol yang mengacu pada alam pikiran dan nilai-nilai tertentu. Di saat-saat kritis, orang kembali pada karya-karya sastra untuk mencari pemecahan, atau sekurang-kurangnya mencari kekuatan untuk dapat tetap bertahan.


Sastra Lisan
Fungsi jenis sastra ini adalah sebagai afirmasi sistem kepercayaan setiap suku di Indonesia. Kita menyebutnya sebagai mitos. Setiap sistem kepercayaan mana pun memiliki mitos-mitosnya sendiri. Inilah semacam “kita suci” mereka. Mitos-mitos asal-usul dunia (suku) dan manusia (suku) di berbagai daerah di Indonesia belum pernah kita kumpulkan. Mitos asal-usul kejadian manusia dan semesta ini mengandung cara berpikir mendasar tentang keberadabaan, yakni sedikit banyak filosofis. Dan ternyata untuk setiap suku dapat berbeda-beda. Mitologi-mitologi sastra dijadikan pegangan utama dalam membentuk peradaban. Mitos-mitos ini semacam “kitab suci” suku yang membentuk nilai-nilai etik. Dan ternyata nilai etik yang satu berbeda bahkan bertentangan dengan yang lain.

Sastra Tulis
Sastra mitologis ini, seperti halnya sastra lisan, adalah untuk “dipertunjukkan” atau didengarkan, sehingga tidak mengherankan apabila banyak yang berbentuk puisi. Fungsi sastra ini adalah menghadirkan daya-daya transenden bagi berbagai kepentingan hidup sehari-hari mereka. Barang siapa membaca dan mendengarkan sampai selesai akan mendapatkan berkah. Karena dipercayai sebagai pembawa berkah, maka karya-karya sastra itu dinilai sakral juga. Dan karena sakral maka semua yang diceritakan di dalamnya mengandung kebenaran-kebenaran yang dijadikan pedoman membangun peradaban bersama.


Sumber:
hellsen.blogspot.com
tree-network.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar