Selasa, 26 Oktober 2010

Manusia dan Cinta Kasih

Hakekat Cinta Kasih

Hakikat cinta kasih yaitu merupakan suatu istilah yang sulit untukt diterangkan secara jelas secara jelas, dan juga diungkapkan dan diingkari bahwa cinta adalah salah satu kebutuhan hidup manusia yang sangat fundamental. Tidak pernah selintaspun orang berfikir bahwa itu tidak penting, yang ada hanya kehausan akan cinta. Meskipun demikian hampir setiap orang tidak pernah berfikir tentang apa dan bagaimana cinta itu, padahal berfikir tentang cinta, menurut Frich Fromm diibaratkan sebagai suatu seni, yang sebagaimana bentuk seni yang lainnya sangat memerlukan pengetahuan dan latihan untuk biasa menggapainya.

Cinta kasih bersumber pada ungkapan perasaan yang didukung oleh karsa, yang dapat berupa tingkah laku dan pertimbangan dengan akal yang merupakan tanggung jawab. Tanggungjawab artinya akibat yang baik, positif berguna, saling menguntungkan, menciptakan keserasian, keseimbangan, dan kebahagiaan antara sesama manusia dan tuhan. Dalam cinta kasih tersimpul pula rasa kasih sayang, dan kemesraan, belas kasih dan pengabdian.

Kata cinta, selain mengandung unsur perasaan aktif, juga menyatakan tindakan yang aktif. Pengertiannya sama dengan kasih sayang sehingga, kalau seseorang mencintai orang lain, artinya orang tersebut berperasaan kasih sayang atau berperasaan suka terhadap orang lain tersebut. Cinta memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sebab cinta merupakan landasan dalam kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga dan pemeliharaan anak, hubungan yang erat di masyarakan dan hubungan manusiawi yang akrab. Demikian pula cinta adalah pengikat yang kokoh antara manusia dengan Tuhannya sehingga manusia menyebah Tuhan dengan ikhlas, mengikut perintah-Nya, dan berpegang teguh pada syariat-Nya.

Dalam kehidupan manusia, cinta menampakkan diri dalam berbagai bentuk, mulai dari seseorang yang mencintai dirinya, istrinya, anaknya, hartanya, dan Tuhannya. Bentuk cinta ini melekat pada diri manusia, potensi dan frekuensinya berubah menurut situasi dan kondisi yang mempengaruhinya. Pada saat belum berkeluarga, seseorang akan lebih kuat cintanya kepada orang tua; setelah berkeluarga cintanya akan nampak terbagi bagi istri dan anaknya.

Cinta orang tua terhadap anaknya sangat kuat meskipun perangai anak itu tidak memuaskan orang tua. Tetapi, cinta pun terwujud karena perangai utama. Cinta seseorang kepada ba nyak memerlukan didikan dan perjuangan, yang memandang sesama manusia sebagai kecintaan yang perlu dibela. Cinta seperti dikatakan dalam rangka perangai utama itu mengandung kejujuran, amanat, dan keadilan. Apabila cinta seseorang telah tumbuh, berarti orang itu mengandung hikmat yang menuntun dirinya kepada kebenaran, kebajikan, dan pengorbanan.

Cinta tidak mudah diterangkan dan diilustrasikan dengan kata-kata Ia memiliki daya luar biasa pada diri manusia serta melekat dengan kuta. Cinta dapat sekonyong-konyong muncul, dan hilang sama sekali, atau terus tumbuh seperti cintanya orang tua terhadap anaknya sejak dilahirkannya. Cinta dapat dilukiskan dengan memberi, bukan meminta, sebagai dorongan mulai untuk menyatakan eksistensi dirinya atau aktualisasi dirinya kepada orang lain.

Bila salah satu unsur kasih sayang hilang maka retaklah keutuhan cinta karena kasih sayang merupakan pertumbuhan dari cinta. Dan itu pun akan berdampak lebih besar lagi pada kasih sayang dalam rumah tangga, yang akan menguranngi hak kasih sayang yang diperoleh ,oleh anak-anaknya. Jadi kasih sayang pernah dialami oleh setiap orang, sejak lahir anak sudah mendapat kasih sayang.

Cinta kepada Diri Sendiri
Secara alamiah manusia mencintai dirinya sendiri. Sebaliknya amnusia membenci segala sesuatu yang menghalangi hidupnya atau yang menghambat aktualisasi dirinya. Manusia membenti segala sesuatu yang mendatangkan penderitaan, rasa sakit, dan marabahaya lainnya. Cinta yang mulai pun dapat hilang apabila seseorang terlalu berlebihan mencintai dirinya. Kecintaan terhadap dirinya dapat dibuktikan apabila ia tertimpa malapetaka atau kesulitan: manusia akan berkeluh kesah. Sebaliknya, apabila manusia memperoleh banyak harta, ia akan berhati-hati memeliharanya, bahkan dapat melupakan fungsi sosial hartanya. Cinta terhadap dirinya tidak harus dihilangkan, tetapi perlu berimbang dengan cinta kepada orang lain untuk berbuat baik. Inilah yang dimaksud dengan cinta diri yang ideal.

Cinta Kasih Kepada Sesama Manusia
Cinta kepada sesama adalah perasaan simpati yang melibatkan emosi yang mendalam. Menurut Erich Fromm, ada empat syarat untuk mewujudkan cinta kasih, yaitu: 1. Knowledge (pengenalan) 2. Responsibilty (tanggung jawab) 3. Care (perhatian) 4. Respect (saling menghormati)

Para pakar telah mendefinisikan dan memilah-milah istilah ini yang pengertiannya sangat rumit. Antara lain mereka membedakan cinta terhadap sesama manusia dan yang terkait dengannya menjadi:
1. Cinta terhadap keluarga
2. Cinta terhadap teman-teman, atau philia
3. Cinta yang romantis atau disebut asmara
4. Cinta yang hanya merupakan hawa nafsu, atau cinta eros
5. Cinta sesama atau disebut kasih sayang, atau agape
6. Cinta dirinya sendiri, yang disebut narsisme
7. Cinta akan sebuah konsep tertentu
8. Cinta akan negaranya atau patriotisme
9. Cinta akan bangsa atau nasionalisme

Cinta antar pribadi manusia menunjuk kepada cinta antara manusia mempunyai beberapa unsur yang sering ada dalam cinta antar pribadi tersebut yaitu:
· Afeksi: menghargai orang lain
· Ikatan: memuaskan kebutuhan emosi dasar
· Altruisme: perhatian non-egois kepada orang lain
· Reciprocation: cinta yang saling menguntungkan
· Commitment: keinginan untuk mengabadikan cinta
· Keintiman emosional: berbagia emosi dan rasa
· Kinship: ikatan keluarga 
· Passion: nafsu seksual
· Physical intimacy: berbagi kehidupan erat satu sama lain
· Self-interest: cinta yang mengharapkan imbalan pribadi
· Service: keinginan untuk membantu

Pertemuan dan cinta
Kodrat sosial manusia atau hubungannya dengan orang lain, yang hanya berdasarkan kecendrungan-kecendrungan biologis dan psikologi manusia, tidak menghasilkan hidup sesama yang sejati. Orang yang mengikuti kecendrungan-kecendrungan itu mewujudkan hubungan dengan orang lain atas taraf biologis dan psikologis, tetapi belum tentu mereka bertemu dengan orang lain sebagai hubungan personalistis. Kehadiran ini direalisasikan secara istimewa dalam cinta. Disini “Aku” dan “Engkau” mencapai taraf “Kita”. Dalam taraf “kita”, “Aku” dan “Engkau” diangkat menjadi suatu kesatuan baru yang tidak mungkin dipisahkan ke dalam dua bagian. Pertemuan antara dua orang dapat membangkitkan rasa cinta. Pertemuan yang merupakan kontak antara dua orang ialah antara “Aku” dan “Engkau”, yang saling membuka hati melalui gerak dan kata. Dalam pertemuan terjadi saling membuka hati, saling menyerahkan diri, terbuka, dan jujur. Dalam pertemuan pikiran-pikiran egoistis dilepaskan, sebaliknya dibangkitkan kesedian dalam situasi bersama. Hubungan “Aku” dengan “Engkau” adalah hubungan dinamis, berkembang, yang dimulai dengan kepercayaan sampai lebih nyata dalam cinta dan persahabatan. Hubungan antara dua orang memuncak dalam hubungan cinta. Asal mula hubungan cinta itu adalah anugerah Tuhan. Syarat cinta ialah kerendahan hati pada orang yang memanggil, kesediaan pada orang yang dipanggil. Dalam cinta unsur individualitas masih tetap ada, hanya ditutupi dengan pengorbanan, tetapi demi cinta pula. Cinta tidak dapat diukur secara objektif. Bahkan sulit sekali untuk mengetahui apakah saya sendiri mencintai orang lain atau tidak karena cinta mencakup seluruh eksistensi manusia. Kebersamaan yang sungguh-sungguh komunikatif, mencintai selalu mengandung suatu imbauan kepada sesama. Kebersamaan dalam cinta ini, menurut kodratnya, harus berlangsung terus, tidak terbatas pada satu saja. Karena itu, dalam pengalaman cinta terkandung juga bahwa “Aku” mengikat diri dan tetap setia. Kesetiaan itu sanggup membarui dan memperkokoh cinta. Akan tetapi, suatu saat cinta dapat putus secara mendadak karena adanya pengkhianatan terhadap partner dalam cinta. Tetapi pada suatu saat mungkin ia mengakui: Aku ditipu. Ini hanya membuktikan bahwa dalam cinta, tetap ada kemungkinan untuk memandang adanya pelaku ketiga. Ini merupakan kritik dan kewaspadaan terhadap cinta, untuk lebih waspada.

Rasa kasihan, cinta dan persahabatan
Tak ada seorang pun yang mau hidup tanpa sahabat. Dan yang membuat kita bermoral adalah adanya perhatian kita secara pribadi terhadap orang-orang yang paling dekat dengan kita. Baru setelah itu, kita memberi perhatian kepada banyak, orang yang belum pernah kita temui, dan kepada manusia pada umumnya. Persahabatan dijalin dalam bentuk pengalaman, mungkin karena kesamaan tujuan, profesi, dan sebagainya. Inti Persahabatan ialah adanya kesediaan untuk saling berkorban, bukan dalam konteks materi, melainkan lebih dari itu, berupa nilai-nilai rasa kemanusiaan dan seterusnya. Persahabatan juga dapat terjalin karena berada dalam situasi yang sama dalam konteks hubungan sosial, atau pandangan yang sama, atau jalan pikiran yang sama dalam menghadapi suatu kehidupan. Persahabatan pun dapat juga merenggang karena adanya perbedaan dalam berbagai segi (segi yang merintis persahabatan). Bahkan sampai pada tarap konflik kalau perbedaan segi-segi tersebut sangat tajam.


Sumber:
Kanal3.wordpress.com
Indobudaya.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar