Bismillahirrahmanirrahiim.
Assalamu’alaikum
Wr.Wb.
Pada tugas kesehatan mental kali ini, saya
diberi kesempatan untuk membahas tentang “Teori Kepribadian Sehat Menurut Rogers”, dimana didalamnya akan
mencakup mengenai perkembangan diri ; peranan positive regard dalam pembentukan kepribadian individu ; dan
ciri-ciri orang yang berfungsi sepenuhnya.
Menurut Rogers, apabila orang-orang dapat bertanggung jawab terhadap
kepribadian mereka sendiri dan mampu memperbaikinya, maka mereka harus menjadi
makhluk yang sadar dan rasional. Rogers
percaya bahwa orang-orang dibimbing oleh persepsi sadar mereka sendiri tentang
diri mereka dan dunia sekitar mereka. Kriteria terakhir seseorang adalah pada
pengalaman sadarnya sendiri dan pengalaman itu memberikan kerangka intelektual
dan emosional di mana kepribadian terus-menerus tumbuh.
Rogers
mengemukakan bahwa pengalaman-pengalaman masa lampau dapat mempengaruhi cara
bagaimana kita memandang masa sekarang yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat
psikologis kita. Jadi, fokus Rogers
tetap pada apa yang terjadi dengan kita sekarang, bukan pada apa yang terjadi
waktu itu.
A.
Perkembangan
Diri
Saat masa kecil, anak mulai membedakan, atau
memisahkan satu segi pengalamannya dengan yang lainnya. Segi ini adalah diri
dan itu digambarkan dengan bertambahnya penggunaan kata “aku” dan
“kepunyaanku”. Anak itu mengembangkan kemampuan untuk membedakan antara apa
yang menjadi milik atau bagian dari dirinya dan semua benda lain yang dilihat,
didengar, diraba, dan diciumnya ketika dia mulai menggambarkan tentang siapa
dia. Dengan kata lain, anak itu mengembangkan suatu “pengertian-diri” (self concept).
Sebagai bagian dari self-concept, anak itu juga menggambarkan dia akan menjadi siapa
atau mungkin ingin menjadi siapa. Hal itu terbentuk sebagai akibat dari makin
kompleksnya interaksi dengan orang lain. Dengan mengamati reaksi dari orang
lain terhadap tingkah akunya sendiri, anak itu secara ideal mengembangkan suatu
pola gambaran-gambaran diri yang konsisten, yang terintegrasi dimana
kemungkinan adanya beberapa ketidakcocokan antara diri sebagaimana adanya dan
diri sebagaimana yang mungkin diinginkannya untuk menjadi diperkecil. Dalam
individu yang sehat dan yang mengaktualisasikan diri munculah suatu pola yang
berkaitan, berbeda dengan individu yang mendapat gangguan emosional.
Cara-cara khusus bagaimana diri itu
berkembang dan akan menjadi sehat atau tidak, tergantung pada cinta yang
diterima anak itu saat masa kecil. Pada saat diri mulai berkembang, anak juga
belajar membutuhkan cinta. Rogers
menyebutnya dengan “penghargaan positif” (positive
regard).
B.
Peranan
Positive Regard Dalam Pembentukan Kepribadian Individu
Positive
regard adalah suatu kebutuhan yang memaksa, dimiliki semua
manusia. Setiap anak terdorong untuk mencari positive regard.
Anak mengharapkan bimbingan tingkah lakunya
dari orang lain, bukan dari dirinya sendiri. Anak akan puas ketika ia menerima
kasih sayang, cinta, dan persetujuan dari orang lain, tetapi ia akan kecewa
ketika menerima celaan dan kurang mendapat cinta dan kasih sayang. Karena ia
merasa kecewa, maka kebutuhan akan positive
regard bertambah kuat, makin lama makin mengarahkan energi dan pikiran.
Anak harus bekerja keras untuk positive
regard dengan mengorbankan aktualisasi diri.
Syarat utama bagi timbulnya kepribadian yang
sehat adalah penerimaan “penghargaan positif tanpa syarat” (unconditional positive regard) pada masa
kecil. Hal ini berkembang apabila ibu memberikan cinta dan kasih sayang tanpa
memperhatikan bagaimana anak bertingkah laku. Unconditional positive regard
tidak berarti bahwa anak diperbolehkan melakukan apa saja yang
diinginkannya tanpa dinasihati. Sebab jika demikian, maka ibunya tidak
melindungi anaknya dari bahaya.
Rogers
percaya
bahwa ibu dapat mencela tingkah laku tertentu tanpa pada saat yang sama
menciptakan syarat-syarat dimana anaknya akan menerima cinta dan kasih sayang.
Orang yang tumbuh dengan perasaan unconditional positive regard akan
menjadi orang yang bebas untuk menjadi orang yang mengaktualisasikan diri,
untuk mengembangkan seluruh potensinya, dan dapat maju ke tujuan terakhir,
yaitu menjadi orang yang berfungsi sepenuhnya.
C.
Orang
yang Berfungsi Sepenuhnya
Rogers
menyampaikan lima sifat dari orang yang berfungsi sepenuhnya, yaitu sebagai
berikut :
1.
Keterbukaan pada Pengalaman
Keterbukaan pada
pengalaman adalah lawan dari sikap defensif (tertutup). Setiap pendirian dan
perasaan yang berasal dari dalam dan dari luar disampaikan ke sistem syaraf
organisme tanpa distorsi atau rintangan. Orang yang seperti itu mengetahui
segala sesuatu tentang dirinya. Itu berarti bahwa kepribadian adalah fleksibel,
tidak hanya menerima pengalaman-pengalaman yang diberikan kehidupan, tetapi
juga dapat menggunakannya untuk membuka kesempatan-kesempatan persepsi dan
ungkapan baru.
Orang yang berfungsi
sepenuhnya dapat dikatakan lebih “emosional”, maksudnya adalah ia mengalami
banyak emosi yang bersifat positif dan negatif dan mengalami emosi-emosi itu
lebih kuat daripada orang yang defensif.
2.
Kehidupan Eksistensial
Orang yang berfungsi
sepenuhnya, hidup sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan. Setiap pengalaman
dirasa segar dan baru, seperti belum pernah ada sebelumnya dalam cara yang
persis sama. Karena itu, ada kegembiraan pada setiap pengalaman.
Orang yang berfungsi
sepenuhnya yang tidak memiliki diri yang berprasangka atau tegar tidak harus
mengontrol atau memanipulasi pengalaman-pengalaman, sehingga dengan bebas dapat
berpartisipasi di dalamnya. Jadi, orang yang berfungsi sepenuhnya dapat
menyesuaikan diri karena struktur diri terus-menerus terbuka pada
pengalaman-pengalaman baru.
Rogers percaya bahwa
kualitas diri kehidupan eksistensial ini merupakan segi yang sangat esensial
dari kepribadian yang sehat.
3.
Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri
Bertingkah laku
menurut apa yang dirasa benar, merupakan pedoman yang sangat dapat diandalkan
daripada faktor-faktor rasional atau intelektual. Orang yang berfungsi
sepenuhnya dapat bertindak menurut impuls-impuls yang timbul seketika dan
intuitif.
Karena orang yang
sehat terbuka sepenuhnya pada pengalaman, maka dia memiliki jalan masuk untuk
informasi yang ada dalam suatu situasi membuat keputusan. Karena informasi yang
digunakan untuk mencapai suatu keputusan adalah tepat dan karena seluruh
kepribadian mengambil bagian dalam proses membuat keputusan, maka orang-orang
yang sehat percaya akan keputusan mereka, seperti mereka percaya akan diri
mereka sendiri.
4.
Perasaan Bebas
Rogers percaya bahwa
semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin dia mengalami kebebasan
untuk memilih dan bertindak. Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa
adanya paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternatif pikiran dan
tindakan. Orang yang berfungsi sepenuhnya memiliki suatu perasaan berkuasa
secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada
dirinya, tidak diatur oleh tingkah laku, keadaan, atau peristiwa masa lampau.
Karena merasa bebas dan berkuasa ini maka orang yang sehat melihat sangat
banyak pilihan dalam kehidupan dan merasa mampu melakukan apa saja yang mungkin
ingin dilakukannya.
5.
Kreativitas
Semua orang yang
berfungsi sepenuhnya sangat kreatif. Orang-orang yang terbuka sepenuhnya kepada
semua pengalaman, yang percaya akan organisme mereka sendiri, yang fleksibel
dalam keputusan serta tindakan mereka ialah orang-orang sebagaimana dikemukakan
Rogers yang akan mengungkapkan diri mereka dalam produk-produk yang kreatif dan
kehidupan yang kreatif dalam semua bidang kehidupan mereka.
Orang-orang yang
kreatif dan spontan tidak terkenal karena konformitas atau penyesuaian diri
yang pasif terhadap tekanan-tekanan sosial dan kultural.
Rogers percaya bawa
orang-orang yang berfungsi sepenuhnya lebih mampu menyesuaikan diri dan
bertahan terhadap perubahan-perubahan yang drastis dalam kondisi-kondisi
lingkungan. Mereka memiliki kreativitas dan spontanitas untuk menanggulangi
perubahan-perubahan traumatis sekalipun, seperti dalam pertempuran atau
bencana-bencana alamiah.
Demikian pembahasan saya
mengenai “Teori Kepribadian Sehat Menurut Rogers”. Semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua, dan semoga kita semua bisa menjadi pribadi yang
berfungsi sepenuhnya. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan. Saran
dan kritik yang membangun sangat saya butuhkan sebagai pembelajaran untuk saya
dalam penulisan berikutnya. Terima kasih atas perhatiannya,
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Sumber
:
Hall, C.S., dan Lindzey, G. (1993). Teori-Teori Holistik (Organismik – Fenomonologis). Yogyakarta:
Kanisius.
Schultz, Duane. (1991). Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta:
Kanisius.
3 komentar:
wahh nambah ilmu buat aku, makasi azizah dan sukses yaaa :)
semoga kita menjadi pribadi yang sehat ya zah..
amiiinn..:)
coba semua penduduk bisa melakukan teori tersebut pasti pada sehat. hehe
Posting Komentar