Bismillahirrahmanirrahiim.
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Kali ini saya akan membahas tentang anak tunarungu. Kenapa saya membahas tunarungu ? saya memiliki saudara sepupu yang tunarungu berusia 17 tahun. Suatu ketika ia kabur dari rumahnya di Cirebon ke rumah saya yang berada di Bekasi sendirian. Saat masalah itu terjadi saya mulai terheran-heran dan penasaran, apa yang ia pikirkan dan rasakan sampai ia memiliki pikiran untuk kabur dari rumah. Ia memang sangat sensitif. Karena ia tidak sekolah, jadi ia memakai bahasa isyarat non formal, sehingga mungkin sering terjadi kesalahpahaman dalam berkomunikasi.
Setelah saya mencari materi tentang perkembangan psikologis anak tunarungu, kini saya mulai mengerti tentang mereka. Dan inilah yang saya pelajari..
Pengertian Tunarungu
Menurut Andreas Dwidjosumarto (1990), seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Menurut Mufti Salim (1984), tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengarannya sehingga ia mengalami hambatan dalam pekembangan bahasanya.
Dari pengertian di atas, saya dapat menyimpulkan bahwa tunarungu merupakan orang yang mengalami kerusakan pada indera pendengarannya baik sebagian maupun seluruhnya, sehingga menyebabkan pendengarannya tidak berfungsi.
Pengaruh Pendengaran pada Perkembangan Bicara dan Bahasa
Pendengaran sangat erat kaitannya dengan perkembangan bahasa dan bicara. Dikarenakan anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam pendengaran, tidak terjadi proses peniruan suara. Melainkan mereka hanya menjalani proses peniruan visual.
Bahasa merupakan alat komunikasi utama yang dipergunakan manusia untuk mengadakan hubungan atau interaksi dengan sesama. Bila seorang anak memiliki kemampuan berbahasa, mereka memiliki sarana untuk mengembangkan segi sosial, emosional, maupun intelektualnya. Mereka juga dapat mengungkapkan perasaan dan keinginannya dan bertukar pikiran. Sedangkan perkembangan berbahasa anak tunarungu terutama tunarungu total tidak dapat sampai pada penguasaan berbahasa melalui pendengaran, melainkan mereka harus melalui indera lainnya seperti pengelihatannya dalam berkomunikasi. Untuk mengantisipasi kesulitan anak tunarungu dalam bekomunikasi, dapat menggunakan bahasa isyarat .
Perkembangan Kognitif Anak Tunarungu
Pada umumnya secara potensial, intelegensi anak tunarungu sama dengan anak normal. Tetapi secara fungsional, akibat ketunarunguannya menghambat proses pencapaian pengetahuan yang lebih luas maka perkembangan intelegnsinya terhambat juga. Aspek intelegensi anak tunarungu yang bersumber dari pengelihatan dan yang berupa motorik justru mengalami perkembangan yang cepat.
Perkembangan Emosi Anak Tunarungu
Kekurangan pemahaman bahasa lisan seringkali menyebabkan anak tunarungu salah menafsirkan sesuatu dan ini dapat menjadi tekanan bagi emosinya. Tekanan pada emosinya dapat menghambat pekembangan kepribadiannya dengan menampilkan sikap menutup diri, bertindak agresif, maupun menampakkan keragu-raguan. Emosi anak tunarungu selalu berubah akibat kemiskinan bahasanya dan bisa diakibatkan karena pengaruh dari luar yang diterimanya.
Perkembangan Sosial Anak Tunarungu
Sama seperti manusia lainnya, anak tunarungu juga makhluk sosial yang selalu memerlukan kebersamaan dengan orang lain. Akan tetapi, karena memiliki kekurangan dalam segi fisik, biasanya mereka mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya. Mereka banyak yang merasa rendah diri dan merasa kurang berharga. Dengan demikian, penilaian dari lingkungan terhadap dirinya memberikan pengaruh yang besar terhadap fungsi sosialnya.
Oleh karena itu, seluruh anggota keluarga dan masyarakat di sekitanya hendaknya berusaha memahami keadaan mereka. Kita harus menjaga perasaannya, jangan membuat hal-hal yang dapat menyebabkan mereka tersinggung atas kekurangannya.
Anak tunarungu juga seringkali mengalami berbagai konflik, kebingungan, dan ketakutan akibat menghadapi lingkungan yang bermacam-macam. Karena itu, kita harus membantu dan memberi pengertian kepada mereka agar mereka dapat keluar dari konflik yang dialaminya walaupun sangat sulit untuk memahami perasaan dan pikirannya.
Perkembangan Perilaku Anak Tunarungu
Untuk mengetahui keadaan kepribadian anak tunarungu, kita perlu memperhatikan penyesuaian diri mereka terhadap lingkungan. Pertemuan antara faktor-faktor dalam diri tunarungu seperti ketidakmampuan menerima rangsang pendengaran, keterbatasan dalam berbahasa, ketidaktetapan emosi, keterbatasan intelegensi dihubungkan dengan sikap lingkungan terhadapnya menghambat perkembangan kepribadiannya.
Sekian pembahasan saya mengenai perkembangan anak tunarungu. Hendaknya kita sebagai manusia selalu mensyukuri atas semua nikmat yang diberikan oleh ALLAH SWT. Pahamilah orang-orang yang memiliki kekurangan, hargailah mereka, anggaplah mereka sama seperti kita, dan berikanlah mereka semangat dan dorongan agar mereka memiliki motivasi yang besar dalam hidupnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Daftar Pustaka :
Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius.
Somantri, T. Sutjihati. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.
Suyanah. (1996). Keperawatan Anak Siswa SPK. Jakarta: EGC.
6 komentar:
postingannya keren (n_n)
sangat menarik.
pengen banget gue belajar bahasa isyarat..
selalu ada hikmah tersendiri dbalik sebuah peristiwa,menurut saya akan jauh lebih baik jika tidak bisa mendengar drpd mendengar sesuatu yg diharamkan,tetap semangat.
gw mau baca gak koonsen zaah, keasikan dengerin lagunya itu..
ehehehe
gw setuju sama ewing, pengen belajar bahasa isyarat deh......
@all: makasi ya komentarnya :)
@ewing & shiella: kalian bsa praktekin bhs isyarat alphabet di gambar atas dlu sbg permulaan. aku udh apal dong :D
@usman: Amin. makasi man..
@minah: dipause dlu lah lagunya :D
Posting Komentar